Go-Jek, sebuah layanan online pemesanan ojek identik dengan Nadiem Makarim sang inisiator sekaligus pemilik. Nadiem lah orang yang kali pertama kali menelurkan ide brilian menciptakan aplikasi online yang mengkoneksikan antara driver ojek dengan pengguna melalui smartphone. Aplikasi Go-Jek bisa diinstal ke berbagai platform smartphone dan konsumen bisa melakukan order dari sana. Pemilik Go-Jek Nadiem Makarim pun sekaligus memegang jabatan sebagai CEO.
Nadiem sebetulnya tak datang dari keluarga pengusaha sebab ayahnya sendiri berprofesi sebagai pengacara sedangkan sang ibu beraktifitas di sektor nirlaba. Dalam keluarganya cuma dia satu-satunya yang berkecimpung di bisnis. Masa kecilnya dihabiskan di Jakarta. Baru saat remaja dia pindah ke Singapura demi untuk bersekolah setingkat SMA di sana. Berikutnya ia menyeberang ke Amerika Serikat dan kuliah di Brown University dengan jurusan International Relations. Nadiem muda pun pernah belajar mengenai foreign exchange selama setahun di London School of Economics. Setelah gelar sarjana digenggaman Nadiem pun meneruskan ke jenjang S2 di Harvard Business School sampai lulus dengan gelar MBA.
Setelah gelar MBA diperoleh Nadiem pun kembali ke tanah air dan langsung berkarir di McKinsey & Company, sebuah perusahaan konsultan kenamaan di Jakarta sebagai Management Consultant. Selama 3 tahun ia di sana akhirnya memutuskan untuk keluar dan pindah sebagai Co-founder sekaligus Managing Editor Zalora Indonesia. Di sana pun tak bertahan lama sebab ia kemudian hijrah lagi ke perusahaan lain sebagai Chief Innovation Officer Kartuku.
Berawal dari perbincangan santai dengan para tukang ojek saat kongkow, Nadiem jadi tahu jika sebagian besar waktu pengojek pangkalan habis hanya untuk menunggu pengguna. Dari sana Nadiem kemudian memiliki ide membantu para tukang ojek agar bisa produktif. Di tahun 2011 Nadiem pun membuat suatu aplikasi layanan pemesanan ojek secara online yang disebut Go-Jek. Sistem tersebut berfungsi memfasilitasi para tukang ojek agar bisa memperoleh penumpang sekaligus juga akan membantu penumpang yang memerlukan jasa ojek.
Semenjak saat itu Go-Jek pun mulai menerima order lewat call center, selanjutnya pihak call centre mencarikan pengemudi Go-Jek yang dekat dengan lokasi calon penumpang. Pengemudi selanjutnya menjemput penumpang sementara sistem memandu driver menggunakan sistem navigasi dan koordinasi dengan pengguna. Nadiem tak kepalang tanggung mengembangkan startup-nya ini, kecuali memberikan teknologi sistem call center juga menyediakan smartphone untuk para driver untuk alat menerima panggilan dari pengguna. Tak ketinggalan adalah jaket dan helm dengan logo Go-Jek.
Perkembngan selanjutnya Nadiem pun berinovasi lagi lewat peluncuran aplikasi mobile Go-Jek bagi pemakai smartphone untuk memudahkan mereka saat akan melakukan order ojek. Aplikasi ini pun secara signifikan menaikkan jumlah orderan dan bahkan tercatat sudah ada sekitar 500 ribu orang yang mengunduh aplikasi mobile GO-Jek ini. Jumlah driver yang semula hanya 300 rekanan kini sudah mencapai ribuan orang yang tersebar di Jabodetabek, Bali, Bandung, Surabaya dan Makassar.
Nadiem sang pemilik GoJek memiliki ekspektasi besar melebarkan cakupan layanan Go-Jek hingga ke seluruh kota besar di Indonesia kedepannya. Servis yang diberikan pun saat ini tak sekedar membawa penumpang namun juga melayani pengantaran barang. Tawaran membuka waralaba Go-Jek di negeri orang pun berdatangan akan tetapi sang pendiri Go-Jek lebih ingin berkonsentrasi membantu para pengojek di tanah air. Harapannya tukang ojek tak lagi dianggap sebagai pekerjaan rendah namun merupakan sebuah profesi bergengsi yang bisa dibanggakan.